Skip to main content

MEDIA ADVISORY–FILM AND PHOTO EXHIBITION LAUNCH EVENT IN NEW YORK

-

NEW YORK: On September 18, 2014 (6pm EST), sebuah inisiatif kreatif baru ‘Siapa Lagi Kalau Bukan Kita (If Not Us Then Who)’ Akan dimulai dengan penayangan perdana tiga film pendek dan pameran foto pilihan untuk memperkenalkan masyarakat yang tinggal di hutan sebagai orang-orang terbaik yang ditempatkan untuk menyelamatkan hutan, sekaligus mengajukan mereka sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut.

Rangkaian film dari Brasil, Nikaragua dan Indonesia menyoroti kisah-kisah pribadi dari orang-orang biasa yang memiliki peranan penting karena perjuangannya untuk melindungi kehidupan mereka, budaya mereka dan hutan kita. Film keempat, merupakan ajakan untuk segera bertindak dari Menteri Perubahan Iklim Filipina Yeb Sano dan orang-orang dari Tacloban City yang terpuruk akibat topan terburuk dalam sejarah :

‘Siapa lagi kalau bukan kita? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?’ Kalimat ini menjadi sangat relevan dalam konteks krisis iklim. Bahkan, kalimat tersebut merupakan sebuah pertanyaan pribadi bagi manusia di seluruh dunia agar mulai bertindak untuk peduli mengenai isu perubahan iklim. “Bagaimana setiap individu dan setiap orang bisa ikut berperan, untuk mengambil bagian dari perjuangan untuk membuat dunia yang lebih adil dan merata” – Yeb Sano

Brasil

Di Brasil, para perempuan Babassu telah melalui perjuangan panjang dan sulit untuk mendapatkan Hukum Pembebasan Babassu;

“Para pemecah Babassu adalah pejuang, mereka menjadi pejuang karena mereka melawan dan memiliki keberanian untuk mengatakan banyak hal, untuk membuat sesuatu menjadi nyata, untuk meraih.” – Maria do Socorro, Tocantins

Nikaragua

Di Nikaragua peristiwa pembunuhan terhadap Charlie Taylor menyorot pada peningkatan ketegangan antara suku-suku adat dan para penjajah.

‘Dia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya, tapi sebagai pemilik asli wilayah adat dia ingin tetap mempertahankan tanahnya, jadi ia pergi bersama dengan penduduk desa lainnya. Namun sehari setelah itu ia dibunuh’; “Dia melakukan itu karena dia mencintai negerinya, dia mencintai wilayahnya.” – Ricalana Davis, janda Charlie Taylor

Indonesia

Masyarakat setempat menggunakan teknologi GPS terbaru dengan drone untuk melakukan pemetaan yang akurat dan tepat pada hutan mereka.

“Masyarakat adat terlalu sering dianggap sebagai penghambat pembangunan, mereka juga sering dipandang sebagai pihak yang dirugikan dan tidak dapat beradaptasi terhadap perubahan. Kami memiliki mimpi bahwa kami masyarakat adat dari Kabupaten Malinau dapat berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan.” – Martin Labo, Kepala Badan Legislatif dan Forum Masyarakat Adat Kabupaten Malinau.

Selain penayangan film dan pameran fotografi, acara pekan peluncuran ini akan berlangsung selama seminggu dengan menampilkan diskusi-diskusi inspiratif. ‘Siapa Lagi Kalau Bukan Kita?’ berusaha untuk menghubungkan hutan, masyarakat yang tinggal di dalamnya dengan perubahan iklim, disaat dunia tengah berfokus pada KTT Perubahan Iklim di New York.

“Kami bermaksud untuk menyampaikan cerita mengenai perjuangan hidup dan mati masyarakat adat dan penduduk asli dalam menghentikan kerusakan hutan global. Inisiatif ini tercipta melalui kemitraan yang kami bangun dengan para aktivis lokal dan kepemimpinan masyarakat yang tinggal di hutan, dikemas dalam sebuah tampilan visual yang kuat dan penggabungan cerita dari sudut pandang humanis hingga bisa menjadi sebuah referensi dalam mendefinisikan perjuangan yang dilakukan oleh generasi kita.” Paul Redman, Direktur Handcrafted Films.

Catatan untuk Editor

  1. Siapa Lagi Kalau Bukan Kita dikelola oleh Handcrafted Films dan didukung oleh Ford Foundation.
  2. Mitra kami yang terlibat adalah AMAN, AMPB, Dejusticia, IBIS, Infis, ISA, MIQCB, RRI dan Tebtebba.
  3. Film-film pendek dan foto-foto milik tim Handcrafted Films dalam kualitas baik akan disediakan berdasarkan permintaan. Untuk informasi lebih lanjut dapat mengunjungi website utama kami di www.ifnotusthenwho.me.
  4. Versi lengkap dari website www.ifnotusthenwho.me termasuk empat film terbaru akan di luncurkan pada 18 September 2014.
  5. Pameran dan peluncuran inisiatif  #SiapaLagiKalauBukanKita akan diadakan di New York, The Corner Pop Up Shop, Roger Smith Hotel, 501 Lexington Avenue, New York City, 10017, pameran akan dibuka setiap hari mulai pukul 10am – 8pm, Jumat 19 September – Rabu 24 September 2014.
  6. Jumlah undangan terbatas untuk malam peluncuran Kamis 18 September pukul 6 pm. Email Sophia untuk reservasi dan informasi lebih lanjut.
  7. The Rights and Resources Initiative (RRI) dan Tebtebba (Indigenous Peoples’ International Centre for Policy Research and Education) merilis dua laporan tentang hak-hak Masyarakat Adat dan masyarakat lokal untuk tanah dan hutan di mana mereka tinggal, termasuk sumber daya alam yang tekandung di dalamnya. Laporan RRI mengkaji biaya untuk mengamankan hak-hak ini, dan laporan Tebtebba meneliti tentang bagaimana pemulihan ekonomi dalam industri ekstraktif dimasa yang akan datang, terutama sektor pertambangan dapat memperkuat isu dan konflik seputar hak-hak masyarakat adat dan masyarakat lokal.
  8. Acara lainnya meliputi ;

Jumat 19 September, pukul 4pm – berfokus pada Peru dan Baguazo – Sudah 5 tahun berlalu sejak aksi protes damai di kota Bagua, Peru yang berubah menjadi tragedi nasional tejadi hingga menyebabkan 34 orang tewas. Tahun ini jaksa pemerintah menuduh pemimpin tinggi adat mereka sebagai penghasut orang-orang untuk melakukan tindak kekerasan. De Justicia kemudian membagi cerita kasus pengadilan yang meragukan ini karena telah membawa ‘banyak orang masuk ke penjara dengan tuduhan melakukan tindak kejahatan ‘. Carlos Andrés Baquero akan bersedia untuk menjawab semua pertanyaan selama sesi film ini. Film akan ditayangkan dalam teks bahasa Inggris.

Jumat 19 September, pukul 4pm – pernampilan Los Colombian Rootsmerayakan pergelaran musik dari dunia, kelompok musik MAKU Sound system juga akan tampil dengan perangkat akustik spesial mereka turut meramaikan inisiatif yang unik ini.

Minggu 21 September, pukul 4pm Climate March pit stop – Rombongan Aksi Manusia dan Iklim akan dimulai pada pukul 11:30 di sebelah barat Central Park. Bergabunglah bersama kami setelah partisipasi anda dalam aksi long march dan bagi pengalaman Anda bersama kami. Acara kami terbuka untuk publik yang ingin menikmati pameran foto dan menonton video kami sambil mengetahui lebih lanjut mengenai inisiatif kami.

Senin 22 September, pukul 2pm #forestsclimate webcast – Ford Foundation bersama-sama dengan Aliansi Iklim dan Penggunaan Lahan (Climate and Land Use Alliance), menjadi tuan rumah pertemuan tingkat tinggi antara perusahaan, para pemimpin adat dan pemerintah untuk mengungkapkan kenyataan tentang apa yang diperlukan untuk mengurangi laju deforestasi, konflik atas hutan dan menanggulangi perubahan iklim global. Kami akan menampilkannya dalam bentuk live webcast.

Kamis 23 September, pukul 7.30pm – berfokus pada Indonesia – Kami akan bergabung dengan mitra kami, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) yang diwakili oleh Rukka Sombolinggi sebagai pembicara tamu kami. Kami juga akan menayangkan film pendek dari Indonesia dilanjutkan oleh sebuah diskusi panel.

Rabu 24 September, pukul 6pm – berfokus pada Nicaragua – Kami akan menayangkan film “Imágenes de mi Territorio Rama y Kriol” dari salah satu mitra kami IBIS dan juga salah satu film dari inisiatif Siapa Lagi Kalau Bukan Kita (If Not Us Then Who). Penayangan film-film ini akan dilanjutkan dengan diskusi oleh para panel ahli. Harap menjadi catatan bahwa film ini dalam bahasa Spanyol.

Keterangan lebih lanjut termasuk mengenai pendaftaran dapat diklik ditautan ini

Hanya 12 menit berjalan kaki dari gedung PBB, acara ini akan menjadi ruang untuk menyampaikan pesan intelektual dan visual tentang kisah perjuangan masyarakat adat untuk melindungi hutan. Kesempatan ini terbuka bagi para wartawan, masyarakat adat, aktivis dan masyarakat umum untuk dapat bertemu, bersantai, belajar dan mengeksplorasi.

Judul inisiatif ini terinspirasi oleh pidato Yeb Sano’s pada acara COP 19 di Warsaw tahun lalu. Pidato inspiratif tersebut dapat ditemukan disini. (17 menit)

Untuk informasi yang berkaitan dengan RRI dan Burness communications – informasi mengenai kekayaan sumber daya alam atas hak tanah dan masalah deforestasi dapat ditemukan di portal mereka. Foto dan rekaman film Siapa Lagi Kalau Bukan Kita (If Not Us Then Who) dapat digunakan untuk mendukung cerita media. Seluruh foto menjadi hak cipta  Joel Redman / Handcrafted Films. Seluruh rekaman film menjadi hak cipta Handcrafted Films dan tidak dapat digunakan tanpa izin yang jelas dari Handcrafted Films. Silahkan mengirimkan email ke [email protected] untuk informasi lebih lanjut.

Untuk berhubungan dengan media sosial kami; @ifnotus_thenwho, Facebook page  dan Instagram– kami menggunakan #ifnotusthenwho #siapaLagiKalauBukanKita dan #sinosomosnostrosentoncesquien.